Bukan menjadi rahasia lagi, kurikulum cambridge digadang-gadang akan menjadi kurikulum alternatif yang digunakan di MAN Insan Cendekia Serpong. Secara definisi, Kurikulum Cambridge adalah kurikulum pendidikan internasional yang dirancang untuk memberikan siswa keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup, bekerja, dan berprestasi di sekolah dan universitas. Kurikulum ini diakui di seluruh dunia oleh universitas dan perusahaan. Dalam kata lain, kurikulum ini tersertifikasi internasional dan juga relevan di seluruh penjuru dunia.
"tidak ada kesepakatan yang tidak diawali dengan pertentangan".
Begitulah pro dan kontra mewarnai "ketok palu" kebijakan ini. Namun untuk memperjelas topik ini, kami mencoba merangkumnya dengan menyusun kerangka pemikiran yang memadukan empat elemen penting:
* Terobosan Baru: Bagaimana inovasi cambridge curr. dalam lingkungan akademik Insan Cendekia dapat terealisasi dengan baik kedepannya?
* Tujuan Tertentu : Dalam setiap upaya pendidikan, penting untuk memiliki arah yang jelas. Apa saja tujuan spesifik yang perlu ditanamkan dengan diadakannya kurikulum ini?
* Adaptasi Siswa-Guru : Bagaimana implementasi siswa dan guru dalam beradaptasi menghadapi kurikulum ini kedepannya? Serta bagaimana dampak implementasi tersebut?
* Problema Waktu : Bagaimana upaya dalam penyinkronisasian waktu kepada siswa (terlebih kelas XI) yang dinilai sudah terlambat untuk menjalankan kurikulum ini?
Atas kerangka tersebut, kami membuka forum diskusi dengan judul :
Tetralogi Cambridge📖 : Terobosan Baru, Tujuan Tertentu, Adaptasi Siswa-Guru, dan Problema Waktu
Izin menambahkan...
Bukan hanya itu, menurut sumber dari internal guru, tim Cambridge sudah datang dan mereview Insan Cendekia pada tanggal 5 lalu. Mereka menentukan bahwa Kurikulum Cambridge bisa diimplementasikan paling cepat Juli depan!
Dan ini membuat ketentuan guru IC menjadi juga harus bisa berbahasa inggris. Yang mana tidak semua dapat melakukannya! Bisa jadi guru guru yang tidak sesuai ini tidak bisa lagi dipekerjakan, sungguh miris.
Terakhir, opini saya sendiri.
Cambridge bukanlah yang dicari oleh anak IC. Kalau misalnya orang mau cambridge, silahkan ke sekolah lain, toh masih banyak sekolah yang bagus!
Kurikulum merupakan hal yang integral dari sebuah pembelajaran, berbeda dengan sarana dan prasarana. Jadi kita tidak bisa menilai IC tertinggal dari kurikulumnya, karena kurikulum itu sendiri yang membuat IC unik dan berbeda dari yang lain. Bukan seperti fasilitas yang bisa dinilai dari baik dan buruk.
Sama seperti kebijakan tentang guru IC sebelumnya, kalau tidak kuat, silahkan out.
Mungkin ini terdengar konservatif, tapi kita perlu menjaga nilai nilai Insan Cendekia! Apa jadinya jika Pak Habibie melihat sekolah gagasannya ikut ikut fomo?
Leave a reply