pernah gasi kalian pas lagi dengerin khutbah, eh taunya khatib memakai bahasa asing dan kita tidak paham apa yang disampaikan alhasil kita malah tertidur. yah kalau siswa man ic pasti lumayan paham dengan apa yang disampaikan khatib walaupun berbahasa asing. lalu, bagaimana dengan orang awan yang tidak paham bahasa asing???. karena jamaah masjid ulil albab tidak hanya dari siswa/i man ic melainkan banyak orang-orang luar yang datang untuk solat jumat disini. dan dilihat-lihat ketika khatib menggunakan bahasa asing, mereka jadi tidak mendengarkan khutbah dan malah tertidur ataupun bermain dengan handphonenya.
jadi gimana menurut kalian, apakah worth it khutbah menggunakan bahasa asing???
tidak worth it, menurut saya. komunikasi yang berhasil adalah ketika pesan tersampaikan dengan baik kepada audiens. sedangkan kalau dengan bahasa asing, tidak semua orang mengerti, jadi proses komunikasi tidak berhasil pada beberapa orang. kalau begitu, untuk apa dong datang saat khutbah jumat kalau pesan yang disampaikan tidak bisa dipahami? lebih prefer khutbah dengan bahasa yang kebanyakan jamaah jumat paham.
jelas, khutbah jumat bertujuan untuk mengingatkan jamaah kepada Allah, sebagai waktu untuk muhasabah diri dll. Jika khutbah yang digunakan menggunakan bahasa asing, akan banyak yang kesulitan memahami dan mendalami materi khutbah pada saat itu. Mungkin tujuan awalnya untuk menerapkan kebiasaan bilingual dan lainnya, tapi apakah efektif? Karena sebilingual/bahkan trilingual anak ic, jika menyangkut soal agama dan akidah bukannya lebih baik menggunakan bahasa ibu? bagaimanapun pasti akan ada keterbatasan dalam memahami materi yang disampaikan dgn bahasa asing. Lalu, juga di masjid ulil albab tidak terbatas anak ic, ada banyak staff, guru serta orang luar, yang mungkin beberapa tidak memahami materinya sehingga malah tidak memerhatikan dan tidak mendapatkan hikmah dari khutbah jumat itu.
Jadi, meski memang mungkin ada beberapa kelebihan tapi tidak sebanding dengan kekurangannya. Tidak worth it.