eFishery Indonesia
eFishery, sebuah startup akuakultur terkemuka di Indonesia, saat ini tengah menghadapi tantangan serius terkait dugaan manipulasi laporan keuangan oleh pendirinya. Menurut laporan, perusahaan ini diduga telah memanipulasi data penjualan untuk meningkatkan citra keuangannya. Akibat dari kasus ini, eFishery telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 100 karyawan kontrak.
Kasus dugaan manipulasi laporan keuangan oleh eFishery tidak hanya berdampak pada perusahaan tersebut, tetapi juga berpotensi memperburuk citra Indonesia di mata investor dan ekosistem startup secara keseluruhan. Praktik manipulasi seperti ini dapat menurunkan kepercayaan investor terhadap integritas dan transparansi perusahaan-perusahaan rintisan di Indonesia. Sebagai contoh, laporan menunjukkan bahwa eFishery mengklaim memiliki lebih dari 400.000 alat pemberi pakan ikan aktif, padahal hanya sekitar 24.000 yang benar-benar berfungsi.
Ketidaksesuaian data ini menimbulkan kekhawatiran tentang akurasi laporan keuangan dan praktik bisnis di kalangan startup Indonesia. Jika tidak ditangani dengan transparan dan tegas, kasus ini dapat menimbulkan efek domino yang merugikan reputasi Indonesia sebagai destinasi investasi.
DeepSeek AI
Sementara itu, di ranah kecerdasan buatan, perusahaan asal Tiongkok, DeepSeek, telah menarik perhatian global dengan model AI terbarunya, DeepSeek-R1. Didirikan pada Juli 2023 di Hangzhou, Zhejiang, oleh Liang Wenfeng, DeepSeek berhasil mengembangkan model AI yang efisien dengan biaya pengembangan sekitar $6 juta, jauh lebih rendah dibandingkan dengan model serupa dari perusahaan AS yang mencapai $100 juta.
Bahkan, DeepSeek melampaui benchmark AI terkenal seperti ChatGPT, di beberapa bidang tertentu.
Keberhasilan ini telah menyebabkan penurunan signifikan pada nilai pasar beberapa perusahaan teknologi besar, termasuk penurunan 18% pada saham Nvidia, yang konotasinya adalah perusahaan paling berharga di dunia sejak munculnya tren AI ini.
Meskipun demikian, DeepSeek menghadapi tantangan terkait kekhawatiran akan sensor dan pengawasan oleh pemerintah Tiongkok.
Deepseek AI dari negeri panda ini memang jauh sekali dari biaya yang dikeluarkan dibanding dengan ChatGPT milik OpenAI. Sepengalaman aku memakai Deepseek AI ini memiliki banyak kendala. Pertama, ketika login menggunakan akun google terkadang bermasalah, lalu ketika chat dengan AI nya seringkali menjawab "The server is busy. Please try again later." Jujur, karena itu aku cukup tergangggu, terutama ketika membutuhkan bantuan saat coding. Hingga akhirnya beralih ke AI lain seperti Claude yang 'enak' untuk asisten coding. Jika dilihat dari kualitasnya, Deepseek AI ini memang bagus dalam hal operasi matematika dan semacamnya. Semoga untuk kedepannya Deepseek AI dapat memperbaiki kendala-kendala yang aku alami agar tidak mengganggu kenyamanan pengguna.